Citizen Reporter: Husnul Hatimah (Mahasiswa Jurnalistik UIN Alauddin Makassar)
Online24jam, Gowa, – Penggagas sekaligus pembina komunitas seni Allasa’, Adjie Bau kini banyak memberi ruang kepada masyarakat terutama generasi yang ingin belajar dan mengenal budaya-budaya lokal di Kabupaten Gowa. Hal itu dibuktikan dengan mendirikan komunitas seni sejak 5 tahun yang lalu tepatnya 2018. Allasa’sendiri diambil dari kata Jeknetallasa yang artinya sumber air atau sumber kehidupan.
Daeng Sila paddaengan Adjie ini menuturkan bahwa sangat penting melestarikan budaya lokal karena menurutnya orang Gowa menjadi simbol yang masih kental dengan budaya dan tradisinya seperti ritual Angngaru. Hal ini penting untuk diwariskan terutama ke generasi selanjutnya agar tidak melupakan budaya yang menjadi ciri khas Kabupaten Gowa.
“Sangat penting bagi saya karena itu salah satu simbol kita orang Gowa karena salah satu kesenian di Gowa itu Angngaru kita bisa perkenalkan ke adik-adik kita supaya tidak melupakan budaya”, katanya.
Adjie Bau adalah sosok yang sudah banyak berjasa mendidik para anggotanya dengan mengajarkan semua item-item kebudayaan. Bahkan rata-rata anggota komunitas Allasa’ itu dapat membawakan Aru atau orang Bugis-Makassar biasa menyebutnya dengan “Pangngaru”.
Pandi dg. Mangawing, salah satu anggota komunitas Allasa’ mengatakan ada kepuasan tersendiri ketika ia bisa membawakan Aru dan seni musik lainnya. Selain rasa puas dan syukur karena telah menjaga nilai-nilai adat dari seni yang ia mainkan.
“Berbicara tentang kepuasan batin sangat puas karena kita sangat bersyukur bahwasanya kita bisa menjaga nilai-nilai yang ada dalam adat angngaru dan seni budaya yang sudah diwariskan oleh nenek moyang kita,” kata Pandi.
Dikatakan, dengan bermain seni mempunyai banyak manfaat seperti adanya karakter yang dibentuk tersendiri oleh pelajaran-pelajaran yang sudah didapati melalui jalur seni tersebut.
Sama halnya dengan Niswar Nasrullah, di sanggar seni Daeng Bagank ia bergabung berlatih memainkan seni musik gendang tradisional Gowa. Menurutnya gendang ini dipentaskan ketika hanya untuk sambutan saja seperti ‘aru’. Sedangkan ketika pementasan atau acara-acar biasa seperti mengiringi tarian ada berbagai macam alat musik yang dipentaskan bersama lagi daerah.
“Bidang seni yang saya mainkan yaitu seni musik gendang tradisional Gowa. Gendang tradisional ketika dipentaskan untuk sambutan saja seperti Aru itu gendang sama pui’-pui’ nama alat musiknya. Kalau untuk pementasan atau acara-acara biasa atau mengiringi tarian ada gendang ada pui’-pui’ ada suling ada bedug Toraja ada kecapi sama lagu. Lagunya tergantung dari tari apa yang ditampilkan misalnya tari empat etnis lagunya itu lagu daerah Makassar, Bugis, Mandar dan Toraja,” kata Niswar.
Nur Ahsan Syakur, dosen fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar mengatakan agar seni budaya lokal ini harus terus dilestarikan dengan cara rutin menggelar seni pertunjukan, dengan begitu orang-orang akan melihat seperti inilah budaya dan tradisi orang Gowa. Jadi didalamnya ada sosialisasi dan visualisasi tentang bagaimana seni budaya lokal orang Gowa.
Sementara pihak Pemerintah Kabupaten Gowa pun juga ikut andil dalam pelestarian seni budaya lokal, upaya-upaya yang mereka lakukan adalah sering melaksanakan sosialisasi baik dari sisi media massa maupun wawancara. Sosialisasi itu juga mereka laksanakan dalam bentuk melaksanakan lomba seperti lomba menari, lomba Angngaru di tingkat pelajar SLTP.
“Selain dari sosialisasi yang kami lakukan itu juga kami mencetak buku-buku atau narasi-narasi terkait dengan seni budaya lokal baik dari sisi filosofi, agama maupun edukasi. Jadi banyak kok upaya yang kita lakukan dalam rangka mempertahankan eksistensi pelestarian dan pengembangan nilai-nilai budaya lokal,” kata Ikbal selaku Kepala Bidang Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gowa.
Menurutnya, Berkembangnya kelompok-kelompok masyarakat baik melalui sanggar maupun komunitas dari sisi personalitasnya, maka masyarakat itu adalah bagian dari cara melestarikan seni budaya lokal khususnya yang ada di Kabupaten Gowa.