Online24jam, Wanggar, Nabire – Suasana penuh kehangatan dan rasa syukur mewarnai Dusun Poupouda, Kaladiri II, Distrik Wanggar, Papua Tengah, Sabtu (9/8/2025). Masyarakat adat Marga Degei Bersatu menggelar syukuran tanah adat sebagai wujud terima kasih kepada Tuhan dan leluhur atas tanah warisan yang menjadi sumber kehidupan mereka.
Acara yang dipimpin Zakharias Degei, perintis tanah adat Marga Degei Bersatu sekaligus Kepala Suku Besar SIMAPITOWA, ini menjadi momen bersejarah bagi suku Mee di Papua Tengah. Syukuran dilaksanakan tidak hanya untuk merayakan kepemilikan tanah adat, tetapi juga sebagai ajang pembentukan Forum Tanah Adat Marga Degei Bersatu serta penguatan komitmen menjaga sumber daya alam.
> “Hari ini adalah peringatan lahirnya tanah adat nasional Marga Degei Bersatu. Ini menjadi sejarah penting bagi suku Mee yang tersebar di Paniai, Deiyai, Dogiyai, Nabire, Timika, Jayapura, hingga Sorong,” jelas Zakharias Degei.
Petrus Degei, Kepala Suku Besar Marga Degei Bersatu di Papua Tengah, menegaskan bahwa syukuran ini melambangkan hubungan spiritual dan emosional yang erat antara masyarakat dengan tanah mereka. Upacara adat tersebut memiliki berbagai tujuan:
* Ungkapan Syukur kepada Tuhan atas anugerah tanah.
* Pelestarian Budaya sebagai warisan leluhur.
* Mempererat Kebersamaan antar anggota masyarakat adat.
Menase Ugedi Degei, tim perumus tanah adat, menambahkan bahwa acara ini juga menjadi pengingat pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan sumber daya alam untuk generasi mendatang.
Prosesi syukuran dimulai dengan persiapan perlengkapan upacara, dilanjutkan doa dan ritual yang dipimpin tetua adat. Setelah itu, digelar pesta adat dengan tarian, nyanyian, dan makan bersama. Jeni Degeu, koordinator konsumsi, memimpin pembagian makanan hasil bumi kepada seluruh peserta sebagai simbol kebersamaan.
Upacara juga dimeriahkan dengan tradisi khas Papua seperti Bakar Batu, di mana makanan dimasak di atas batu panas, serta Tanam Sasi dan ritual Wor sebagai bentuk doa keselamatan.
Nikolaus Degei, tokoh intelektual Marga Degei, mengingatkan bahwa tanah adat bukan sekadar lahan penghidupan, melainkan identitas budaya dan spiritual yang harus dijaga.
> “Syukuran tanah adat ini adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Papua. Nilai budaya, spiritual, dan sosialnya akan terus kami wariskan,” tutup Abiud Degei, koordinator acara.
Sumber:Menase Ugedi Degei
Editor:Jeri P. Degei