Antisipasi Penyakit Hewan Ternak, Jelang Idul Adha, BBvet Maros Rutin Lakukan Pengujian Sampel ke Peternak

Nasional, News155 Views
banner 468x60

Online24,Maros,- Dalam mengantisipasi penyakit pada hewan kurban khususnya menjelang Hari Raya Idul Adha, Balai Besar Veteriner (BBVet) Maros melakukan berbagai pemeriksaan kesehatan dan pemantauan hewan ternak secara masif.

Antisipasi perkembangan virus pada hewan kurban terus menjadi perhatian utama Pemerintah pusat melalui Kementrian Pertanian (Kementan), salah satunya adalah virus jembrana dan penyakit LSD

Ditemui di Kantornya, Kepala Balai Besar Veteriner Maros drh H Agustia menjelaskan, penyakit jembrana hewan ternak sapi ini sudah ada sejak dulu. Namun kembali perlu diwaspadai khususnya menjelang idul adha. Meski begitu, dia menjamin untuk penyakit jembrana di wilayah Sulsel ini sudah terkendali.

Pihaknya mengajak seluruh instansi yang terkait, untuk turut mengawasi dan pembatasan lalu lintas hewan. Seluruh hewan wajib mengantongi Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH).

“Yang melakukan itu semua tentu Dinas terkait. Mulai dari SKKH, pemberian vaksin, antibiotik dan vitamin pada hewan. Ini semua dilakukan agar virus atau penyakit ini tidak menyebar lagi beberapa wilayah,” jelasnya.

Dia mengatakan, virus jembrana ini telah masuk sejak tahun 2022. Bahkan sejak 1 januari 2023 hingga 13 juni, pihaknya telah menemukan 146 kasus. Jumlah ini telah tersebar di sejumlah wilayah.

Untuk Sulsel sendiri kasus ini telah ditemukan di Kabupaten Barru, Bone, Bulukumba, Enrekang, Gowa, Jeneponto, Luwu, Luwu Timur, Luwu Utara, Sidrap dan Sinjai. Tak hanya itu saja, kasus penyakit jembrana ini juga ditemukan di Provinsi Sulbar, yakni di ke Kabupaten Majene, Mamuju Tengah, Pasangkayu, Polewali mandar serta Mamuju.

“Untuk di Kabupaten Gowa, Sidrap, Bone dan Enrekang, masih ada ditemukan kasus aktif penyakit jembrana. Tapi ini semua masih bisa dikendalikan. Tim kami aktif mengunjungi peternak untuk melakukan pengujian sampel,” jelasnya.

Lebih lanjut Agustia menambahkan, untuk mencegah penyakit ini tidak menular lebih cepat, memang diperlukan sosialisasi ke peternak untuk tidak panic selling. Pasalnya dengan kondisi ini, penularan akan berpotensi berkembang cepat.

“Memang masih ada fenomena yang terjadi di kalangan peternak itu panic selling. Sehingga begitu ada kejadian, mereka menjual semua sapinya dengan harga murah. Hasilnya apa? Sapi-sapi itu menyebar ke beberapa wilayah tanpa adanya pengawasan. Inilah yang sangat berpotensi penularannya. Karena virus ini tidak menyebar melalui angin. Tapi melalui perantara lalat, dan darah melalui hasil kontak fisik sapi,” ujarnya.

Sejauh ini kata Agustia, pihaknya telah bekerja sama dengan instansi terkait di setiap daerah untuk melakukan vaksinasi. Hal ini dianggap cukup efisien untuk mencegah penyakit ini berkembang.

“Kami disini tidak melakukan vaksinasi. Tugas kami hanya memeriksa sampel, memastikan itu penyakit apa. Lalu hasilnya kami serahkan kepada instansi terkait di setiap daerah yang ditemukan kasusnya, untuk selanjutnya ditindaklanjuti pemberian vaksinnya. Begitulah cara kami berkoordinasi untuk memusnakan penyakit ini di wilayah yang terindikasi ada penyakit jembrana,” tegasnya.

Pada dasarnya penularan penyakit ini baru bisa menular jika ada fecto atau pembawa.

“Pembawa ini bisa lalat, dan jarum suntik. Karena jembrana ini penyakit yang ada di darah,” jelasnya. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *