Online24 Luwu Utara – Lahan kering atau lahan tidur yang tidak termanfaatkan selama puluhan tahun silam di Dusun Saluseba Desa Pincara Kecamatam Masamba akhirnya “disulap” menjadi lahan sawah yang produktif, dan kini sudah menghasilkan tiga kali panen sejak mulai digarap pada Juni 2019 lalu.
Membuka lahan yang sebelumnya “tidur” selama puluhan tahun tentu bukan pekerjaan mudah, tapi Bupati Lutra yang memiliki segudang ide cemerlang mampu menggerakkan seluruh potensi yang dimilikinya. Lewat sebuah program Semalam di Desa, lahirlah ide merubah Saluseba menjadi daerah mandiri pangan.
Ide tersebut tidak bertepuk sebelah tangan. Melalui Perangkat Daerah terkait, dalam hal ini Dinas Ketahanan Pangan (DKP) serta Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP), mimpi menjadikan Saluseba sebagai daerah mandiri pangan mulai terwujud, dengan dimulainya pembukaan lahan.
Berkat bimbingan dan pendampingan yang dilakukan Penyuluh Pertanian (PPL), Ilham, yang bertugas di wilayah tersebut, para petani di sana yang sudah berkelompok kini mulai aktif menggarap sawahnya. Petani diajarkan bagaimana melakukan budidaya padi dan bagaimana menghasilkan panen yang baik.
Terbukalah lahan seluas 6 hektar di sana melalui program cetak sawah. Sejak pembukaan lahan dilakukan, petani yang tergabung dalam kelompok tani sudah menghasilkan dua kali panen dengan rerata 4 – 5 ton per hektar setiap kali panen. Untuk daerah yang memulainya dari nol, hasil ini sangatlah menggembirakan.
Dan pada 21 Mei 2020 kemarin, petani kembali melakukan panen ketiga dengan hasil panen 5,2 ton per hektar di lahan seluas 7 hektar. Berarti kembali ada peningkatan dari sisi luas lahan dari 6 hektar menjadi 7 hektar. “Hari ini ada 7 hektar lahan yang dipanen. Ini patut kita syukuri karena ada peningkatan yang cukup signifikan,” kata Ilham.
Ilham mengatakan, memasuki musim tanam berikutnya, ia menyarankan kepada petani untuk melakukan pergantian benih karena benih yang ada sudah melewati tiga periode tanam. Berdasarkan rekomendasi, jika benih yang ditanam sudah melewati tiga periode tanam maka harus dilakukan pembaharuan benih.
“Rencananya sebulan ke depan masyarakat akan turun lagi ke sawah. Namun dibutuhkan pembaharuan benih. Benih yang tersedia saat ini sudah menurun kualitasnya setelah melewati tiga kali periode tanam. Jadi perlu ada pergantian benih,” tandasnya. Sekadar diketahui, benih yang ditanam petani di sana adalah inpari 32 dan ketan putih. (*)