Manfaatkan Sampah Botol Plastik Untuk Berkebun Hidroponik, Pemuda Maros Berhasil Cetak Rupiah

Regional, Tips80 Views
banner 468x60

Online24, Maros – Diawali dari keprihatinan maraknya sampah plastik botol yang berserakan dimana – mana membuat seorang jurnalis Tv di Maros, Sulawesi selatan kemudian memanfaatkan limbah plastik botol untuk dijadikan wadah bercocok tanam hidroponik.

Berkebun Hidroponik di Rumah tidak mesti menggunakan pipa paralon anyar yang harus didapatkan dengan budget yang mahal. Ada cara lain tentunya bisa menghasilkan kualitas panen melimpah namun tidak membutuhkan modal besar yaitu dengan sampah plastik.

Achmad Fachmi (28) pemuda yang berdomisili di Dusun Bugis, Desa Tenrigangkae, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros ini telah membuktikannya sendiri

Dengan bermodalkan sampah plastik, berbagai tanaman sayuran dengan kualitas baik telah berhasil ia kembangkan di kebun lahan sempit miliknya, seperti Sayuran Kangkung, Sawi, Bayam, seledri dan selada.

Berbagai jenis sayuran hidroponik miliknya pun kini sudah menghasilkan pundi – pundi rupiah, selain itu berkebun hideoponik di rumah pun baginya dapat mendatangkan kebahagiaan tersendiri dan tentunya bisa meningkatkan ketahanan pangan untuk keperluan rumah tangga di masa pandemi covid-19.

” Awal mulanya saya melibatkan sampah plastik untuk media tanaman hidroponik di rumah itu, karena resah dengan keberadaan botol plastik bekas yang ada dimana – mana, sementara kita tahu plastik inikan benda yang sulit terurai, sejak itu saya jadi kepikiran dan memutuskan untuk memanfaatkannya sebagai wadah untuk tanaman hidroponik saya, dan sampai saat ini tetap berjalan”. Ujar Fachmi

Lanjut dikatakan Fachmi, menggunakan botol plastic bekas sebagai wadah untuk sayuran, dapat membuat modal hidroponiknya bisa ditekan dan jauh lebih murah. Kekurangan botol plastik yang diperlukan pun bisa didapatkan dari pengepul barang rongsokan.

“ Alhamdulillah Hasil dari panen sayuran hidroponik dengan wadah limbah bekas pun tidak kalah melimpah dengan penggunaan wadah pipa paralon, justru dengan botol plastik dan sterofoam bekas bisa didapatkan dimana saja, bahkan dipengepul barang rongsokan juga ada tersedia dah harganya hanya 5 ribu rupiah perkarungnya”. Jelasnya.

Ia memulai menanam pakcoy dan selada air sebanyak 64 pohon dengan botol plastic  di depan rumahnya, sejak awal pandemi covid ketika orang – orang pada di rumahkan.

Dengan masa panen 30 hari, Fachmi bisa memanen sedikitnya 6 kilo selada air yang dipetik secara bertahap.  Satu kilo sayuran selada air, dibutuhkan sekitar 5-6 pohon. Ini artinya, jika 250 pohon selada air dipanen serentak, bisa menghasilkan sekitar 50kg. Dengan harga jual rata-rata Rp20 ribu perkilonya.

“Sementara ini hasil panen dibagikan ke tetangga sekitar saja dan ada juga dijual. Harga selada air berkisar Rp20-30 ribu perkilo, untuk sawi harganya Rp10 ribu.
Ke depannya, saya akan memperbanyak jumlah tanaman dan memperluas lahan, dan tetap menggunakan botol bekas untuk menyelamatkan lingkungan tentunya karena sampah jenis ini sulit terdegrasi, botol plastik membutuhkan 100 hingga 500 tahun untuk bisa terurai”. Tambahnya

Dikekahui Bertani secara hidroponik (bercocok tanam tanpa tanah) memang bisa menjadi solusi bagi  warga yang ingin berbisnis tanaman sayuran, namun dengan lahan yang terbatas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *