Online24, Makassar – Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar, H.A.M Nurdin Halid menyatakan keseriusannya ikut serta dalam kontestasi Pilgub Sulsel 2024 mendatang.
Kendati di Pilgub 2018 lalu, ia bersama pasangannya Aziz Qahar Mudzakkar berada di urutan kedua setelah duet Nurdin Abdullah-Andi Sudirman Sulaiman keluar menjadi pemenang, namun NH panggilan akrabnya tetap optimis menatap pemilihan menjadi orang nomor satu dan dua di Sulsel.
“Politik itu sangat cair dan masih dinamis. Pilgub 2018 tidak boleh lagi menjadi ukuran karena Pilgub 2024 mendatang sangat dinamis,” kata NH saat ditemui di Makassar, Senin (24/1/2022).
Dia menjelaskan, saat ini salah satu langkah pergerakan yang dilakukan tim pemenangannya yang dikomandoi Farouk M Betta dan Irwan Muin adalah mencari dan melirik siapa figur yang pas serta cocok menjadi pendamping atau pasangannya nanti.
“Saya sudah memerintahkan tim untuk mengidentifikasi siapa figur yang pas diajak bersanding/berpasangan di Pilgub. Itu dulu yang kita lakukan sebelum menentukan dan memutuskan kendaraan politik,” urainya.
Adapun syarat dan kriteria pendamping yang diinginkan NH bisa berduet yakni figur yang memiliki basis suara ril dan jelas. Bukan ditentukan berdasarkan geopolitik. “Basis suara yang pertama dilihat, kemudian geopolitik. Tetapi kalau basis suara sudah kuat, geopolitik tidak perlu karena masyakarat sudah cerdas dalam menjatuhkan pilihannya,” terangnya.
Ditanya mengenai kriteria calon pendampingnya, apakah mantan kepala daerah atau bukan. NH dengan lugas menjawab semua memungkinkan bisa terjadi. Menyangkut komunikasi politik, menurutnya hal itu penting dilakukan apalagi dalam merebut kekuasaan.
Namun untuk saat ini NH mengaku belum memutuskan partai apa yang ingin dikendarainya nanti apalagi menurutnya ada dua jalur yang bisa ditempuh untuk ikut kembali bertarung di Pilgub. “Saat ini belum ada komunikasi dengan partai karena belum terlihat kepentingan masing-masing partai. Apalagi dalam hal memberikan dukungan serta usungan,” tuturnya.
Ketua Umum Dekopin itu menjelaskan, jika Parpol dijadikan sebagai tolak ukur menjadi pemenang, maka Pilgub 2018 lalu, dirinyalah pemenang karena ia bersama pasangannya diusung sejumlah partai politik. Mulai dari Golkar, NasDem, PKB, Hanura dan PKPI.
Namun hal itu dinilai NH bukan lagi menjadi ukuran mutlak, apalagi dirinya sudah memiliki pengalaman berharga pada pemilihan langsung. “Masyarakat semakin cerdas. Karena memilih orang, berbeda dengan memilih Partai dan itu tidak berbanding lurus keberhasilan partai dan orang,” ujarnya.
Apalagi fakta menunjukkan dalam percaturan politik, khususnya pada pemilihan kepala daerah, rakyat tidak lagi memilih partainya melainkan figurnya. Sehingga menurut NH, partai hanya dijadikan sebagai alat kendaraan saja. “Masyarakat tidak memilih bahwa dia orang Bone, Palopo, Luwu, Gowa dan sebagainya. Tapi mereka meilihat figurnya itu bagus, performancenya bagus,” bebernya.
Sementara Sekretaris Pemenangan Nurdin Halid, Irwan Muin mengatakan saat ini ada beberapa orang mulai lirik, tetapi dia belum ingin menyebutkan secara pasti sosok figur tersebut.
“Semua tokoh Sulsel kita survae yang mana cocok bersamama dengan pak NH. Baik itu kepala daerah atau mantan,” bebernya. (*)