Online24,Maros – TNI Angkatan Udara melalui Komando Daerah (Kodau) II tengah mengebut pembangunan Sentra Penyiapan Pangan Gizi (SPPG) di Jalan Garuda, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros. Fasilitas ini dibangun untuk mendukung program pemerintah dalam pemenuhan gizi anak Indonesia.
Asisten Teritorial Kodau II, Kolonel Nav Endra Prasetyawan, mengatakan SPPG menjadi bagian dari komitmen TNI AU untuk membantu percepatan penanganan stunting. Selain di Maros, Kodau II juga membangun satu SPPG lainnya di Saudising, Kota Makassar.
“SPPG ini merupakan wujud komitmen TNI AU mendukung program pemerintah, khususnya pemenuhan gizi anak Indonesia. Dua lokasi yang kami bangun, di Makassar dan Maros, saat ini sudah masuk tahap pembangunan,” ujar Kolonel Endra.

Target pembangunan yang awalnya direncanakan rampung Desember kini diperbarui dan ditetapkan selesai akhir Januari, sehingga operasional dapat dimulai pada periode yang sama.
Kolonel Endra menjelaskan SPPG akan melayani 2.500 penerima manfaat sesuai ketentuan Badan Gizi Nasional (BGN). Jumlah itu terdiri dari anak sekolah mulai TK hingga SMA serta ibu hamil dan ibu menyusui.
“Penerima manfaat sudah kami petakan, tetapi verifikasi final tetap menunggu dari Korwil BGN Wilayah Maros,” jelasnya.
Untuk SPPG di Makassar dan Maros, masing-masing akan menerima 2.500 penerima manfaat yang tinggal di kawasan terdekat dari lokasi fasilitas.
Perwakilan PT Makmur Bahagia Sejati, Abu Hasan, selaku pelaksana pembangunan, menyebut standar pengerjaan ditetapkan selama 40–50 hari.
“Target kami pertengahan Januari selesai, dan akhir Januari sudah mulai operasional,” katanya.
Pelayanan akan dilakukan secara bertahap:
Minggu pertama: 1.000 penerima
Minggu kedua: 1.500 penerima
Hingga mencapai 2.500 penerima manfaat
Kodau II bahkan berencana mengajukan peningkatan kapasitas hingga 3.000 penerima, sebab fasilitas sudah bersertifikat dan memenuhi syarat.
SPPG di Maros diperkirakan akan menjangkau sekitar 15 sekolah di wilayah sekitarnya.
Abu Hasan menjelaskan keberadaan SPPG memberi dampak ekonomi bagi warga sekitar. Setidaknya 47 relawan dari warga lokal direkrut untuk mendukung pengoperasian SPPG.
Selain itu, ada tiga tenaga inti dari BGN yang akan ditempatkan—kepala SPPG, analis gizi (alikisi), dan administrasi keuangan.
“Kami rekrut lokal secara umum, batas usia sampai 50 tahun. Untuk posisi tertentu seperti administrasi lapangan minimal SMA, sedangkan analisis gizi dan administrasi keuangan harus S1,” jelas Abu Hasan.
UMKM lokal juga akan dilibatkan sebagai pemasok bahan baku makanan sehingga perputaran ekonomi di sekitar fasilitas dapat meningkat.
Untuk pembangunan fisik dan pemenuhan fasilitas pendukung, Abu Hasan menyebut total anggaran diperkirakan mencapai Rp 2 miliar. Seluruh pendanaan dikelola Badan Gizi Nasional sesuai komitmen pemerintah.
“Semua anggaran ditanggung BGN. Kami hanya memastikan konstruksi dan fasilitas siap sesuai standar,” ujarnya.











