Online24 Makassar – Pemimpin besar tak hanya lahir dari mimpi besar. Seorang pemimpin dikatakan besar, ketika pemimpin itu mampu mewariskan maha karya terbaik untuk bangsa, negara dan daerah tercinta, yang kemudian biasa kita sebut sebagai sebuah legacy atau warisan terbaik demi keberlangsungan estafet kehidupan yang lebih baik di masa-masa mendatang.
Sama kita ketahui bahwa pemindahan Ibu Kota Negara (IKN), Jakarta, ke tempat lain adalah sebuah wacana tanpa eksekusi. Wacana ini terus menggelinding liar, dan hanya mempertegas frasa “mimpi di siang bolong”, serta menjadi penghias diskusi warung kopi. Sejak era Presiden Soekarno sampai Soesilo Bambang Yhudoyono, wacana ini timbul tenggelam.
Barulah ketika mayoritas penduduk Indonesia mempercayakan tongkat estafet kepemimpinan dipegang Joko Widodo (Jokowi), pemindahan IKN bukan lagi mimpi di siang bolong. Terbitnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara (UU IKN) adalah bukti kalau Jokowi ingin menghadirkan legacy yang akan selalu dikenang sepanjang masa.
Nusantara adalah nama Ibu Kota Negara (IKN) yang baru, menggantikan Jakarta, yang lokasinya berada di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Nama “Nusantara” sendiri adalah pemberian langsung Presiden Jokowi yang terinspirasi dari gambaran realitas masyarakat Indonesia yang tetap hidup bersatu, meski diselimuti oleh beragam kepulauan.
Seperti yang dikatakan Presiden Jokowi beberapa waktu lalu bahwa Indonesia adalah bangsa besar, dengan dua kota besar yang menjadi pusat perkembangan peradaban lokal dan dunia. Kalau di Amerika Serikat ada Washington DC dan New York, di Australia ada Sydney dan Melbourne, maka di Indonesia ada Jakarta dan Nusantara sebagai ikonik Indonesia.
Nah, tak ada lagi alasan IKN akan dihambat pembangunannya, karena entitas negara, termasuk instrumen politik, telah menyatu untuk melanjutkan pembangunan IKN di Provinsi Kalimantan Timur. Hal ini juga sekaligus mengakselerasi terwujudnya keadilan sosial serta menstimulasi pemerataan pembangunan yang selama ini tersentralisasi di Jakarta dan Jawa.
Jadi, siapa pun pelanjut estafet kepemimpinan nasional ke depan, tak perlu lagi ada narasi-narasi ketakutan dan ungkapan pesimisme, karena hadirnya UU IKN, makin memproteksi IKN Nusantara dari siapa saja yang ingin menghambat pembangunan IKN di pulau Kalimantan, yang merupakan energy of the future, dan menjanjikan surga masa depan untuk semua.
Beberapa hari yang lalu, tepatnya 30 Mei 2023, Presiden Jokowi memastikan logo bertema “pohon hayat” menjadi logo resmi IKN Nusantara. Logo ini dirancang oleh Aulia Akbar, alumnus Desain Komunikasi Visual Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung. Ia berhasil mengungguli empat pesaing lainnya pada sebuah sayembara logo IKN melalui voting masyarakat.
Terpilihnya “Pohon Hayat” sebagai logo resmi IKN Nusantara menyisakan pertanyaan besar dari publik, bahwa kenapa harus pohon hayat. Semestinya pertanyaan “kenapa” tidak ditujukan ke pemerintah sebagai pemilik sayembara. Pertanyaan ini lebih pantas ditujukan ke Aulia Akbar, sang desainer, mengapa membuat logo “pohon hayat” untuk dijadikan logo IKN.
Dalam peresmian logo IKN beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo sedikit memberikan penjelasan mengenai makna logo “Pohon Hayat”. Jokowi mengungkapkan bahwa pohon hayat adalah pohon kehidupan. Logo tersebut, kata dia, nantinya akan menginspirasi IKN untuk menciptakan tempat kehidupan baru, sekaligus sumber baru kehidupan masyarakat.
Terjawab sudah bahwa IKN Nusantara nantinya akan menjadi “surga” baru bagi kehidupan baru masyarakat Indonesia di ibu kota negara yang baru. Diketahui, Kalimantan menyimpan banyak potensi yang luar biasa asal dikelola secara baik dan konseptual. Kalimantan adalah kepingan “surga” yang jatuh ke bumi Indonesia, sekaligus sumber masa depan yang lebih baik.
Tak salah kemudian Indonesia memilih “Pohon Hayat” sebagai logo resmi IKN Nusantara, karena kehidupan harus terus berjalan. Salah satu filosofi pohon hayat seperti yang diutarakan Jokowi adalah bagaimana menumbuhkan rasa bangga sebagai bangsa dan negara besar serta menggugah kesadaran masyarakat untuk menjaga ekosistem alam dan lingkungan.
Sebelum saya akhiri, seperti biasa izinkan saya mengutip lirik lagu Iwan Fals berjudul Pohon Kehidupan. “Hari baru datang menjelang, kehidupan terus berjalan. Pohon-pohon jadikan teman, kehidupan agar tak berhenti. Bukalah hatimu, rentangkan tanganmu, bumi luas terbentang. Satukan hati, tanam tak henti, pohon untuk kehidupan. Di hatiku ada pohon, di hatimu ada pohon. Pohon untuk kehidupan, tentram dan damai”.