Online24jam, Jakarta, – Sebuah video menunjukkan penderitaan para warga Indonesia (WNI) yang bekerja sebagai anak buah kapal (ABK) ikan China. Dalam video itu terlihat mereka bekerja layaknya budak dan tanpa asuransi kesehatan.
Peristiwa ini baru ketahuan saat laporan itu diterbitkan atas permintaan bantuan dari ABK yang diajukan ke pemerintah Korea Selatan dan MBC
Kejadian ini dinilai sebagai pelanggaran hak asasi manusia yang mengerikan terhadap para ABK Indonesia di kapal nelayan China.
Laporan itu dimulai dari kejadian pada 30 Maret di Samudra Pasifik. Peti mati yang dibungkus kain merah terlihat ditempatkan di geladak sebuah kapal nelayan China.
Dilaporkan bahwa peti mati itu berisi jenazah pelaut Indonesia bernama Ary (24), Setelah memancing selama lebih dari setahun di atas kapal nelayan China, dia meninggal di kapal.
Lalu, pelaut itu mengangkat peti mati dan melemparkannya ke laut. Bahkan sebelum Ari meninggal, ada ABK bernama Alfata yang berusia 19 tahun dan Sepri yang berusia 24 tahun juga dilaporkan meninggal.
“Saya tahunya mereka akan mengkremasi jasad di pantai,” kata seorang ABK Indonesia dalam video tersebut.
“Rekan-rekan yang terengah-engah merasakan mati rasa di kaki pada awalnya, dan kaki-kaki itu mulai membengkak. Tubuhnya bengkak dan sulit bernapas,” kata ABK lain.
Mayoritas pelaut China minum air kemasan dari darat, tetapi para pelaut Indonesia mengaku minum air laut. Lantaran minum air laut itulah, mereka jatuh sakit.
“Kadang-kadang saya harus berdiri dan bekerja selama 30 jam berturut-turut, dan saya tidak bisa duduk kecuali ketika nasi keluar setiap enam jam,” katanya.
Diketahui kapal nelayan China tersebut adalah kapal nelayan pemburu ikan tuna. Namun, dari waktu ke waktu, hiu juga ditangkap dan sirip hiu dipotong dan disimpan secara terpisah.
Para pelaut yang tak tertahankan dipindahkan ke kapal lain dan tiba di Pelabuhan Busan pada 14 April, tetapi harus menunggu 10 hari di lepas pantai Pelabuhan Busan.
Namun, kapal nelayan China itu telah pergi ke laut lepas, meski Demikian ada kru kapal yang meminta agar pemerintah Indonesia segera melakukan penyelidikan. Mereka mengatakan bahwa mereka ingin memberi tahu dunia tentang pelanggaran hak asasi manusia yang mereka alami.