Online24, Maros – Pasangan calon bupati dan wakil bupati nomor urut 3 dengan tagline Maros Unggul, Andi Harmil Mattotorang dan Andi Ilham Nadjamuddin. Menawarkan solusi cerdas untuk mengatasi polemik tahunan terkait krisis air bersih yang terjadi di Kecamatan Bontoa, Maros.
Solusi tersebut telah melalui kajian yang dituangkan kedalam bentuk komitmen yang di perkuat dengan penandatangan bersama kontrak politik diatas materai 6000, dan disaksikan langsung oleh warga sebagai bentuk keseriusan pasangan ini.
Tawaran penyelesaian dalam mengatasi krisis bersih dari pasangan Maros Unggul inipun mendapat repson dari salah satu tokoh pemuda dan aktivis di kecamatan Bontoa, yakni Akbar.
Menurutnya, tawaran solusi tersebut seharusnya mendapat respon positif dari berbagai kalangan khususnya masyarakat Bontoa yang setiap tahunnya mengalami permasalahan krisis air bersih. Selain itu kata dia, pasangan calon lainnya seharusnya melakukan hal yang sama, tidak sekedar mengumbar janji manis tanpa kekuatan hukum, apalagi dengan menebar rasa putus asa pada warga.
“Penandatangan komitmen diatas materai, adalah bentuk keseriusan maros unggul mengatasi krisis air bersih. Paslon dan tim lainnya seharusnya meniru hal itu, jangan hanya menebar janji dan terbawa perasaan dengan terobosan yang dimiliki oleh pasangan ini, apalagi menebar rasa putus asa atau pesimis pada warga”. Katanya, Senin (05/10/2020).
Lebih lanjut Akbar menjelaskan, krisis air bersih memang tidak hanya terjadi di Kecamatan Bontoa saat musim kemarau tiba, namun warga yang menempati wilayah pesisir itu mengalami dampak paling parah yang menyangkut pemenuhan hak hidup setiap tahunnya.
Memanfaatkan Organisasi Perangkat Daerah dan kerjasama berbagai instansi serta organisasi masyarakat dalam menyalurkan air bersih adalah kewajiban setiap pemerintah terpilih, yang seharunya tidak perlu menjadi program atau jualan paslon dalam menarik simpati masyarakat.
“Masalah yang dialami masyarakat itu, membutuhkan solusi yang cepat dengan mengatasi langsung akar masalahnya. Bukan dengan cara menyuplai bantuan setiap tahunnya yang terkesan pencitraan, karena itu kewajiban pemerintah membantu warganya”. Terangnya.
Akbar juga menilai, jika paslon menawarkan solusi terkait penyelesaian krisis air bersih di Bontoa dengan membangun penampungan air hujan dalam skala besar dan penyulingan air payau ke air tawar. Tentu membutuhkan serapan anggaran yang cukup besar, dan tidak mungkin dapat selesai dalam waktu yang singkat.
“Di bontoa itu ada banyak penampungan air hujan yang cukup besar di gunakan warga, namun saat kemarau tiba waduk penampungan itu selalu habis. Kalau seumpama mengandalkan teknologi penyulingan air biayanya cukup besar. Dan apakah bisa selesai dalam 5 tahun kepemimpinan, ada banyak kecamatan yang butuh serapan anggaran untuk pembangunan, tidak hanya bontoa”. Paparnya.
Sebelumnya diketahui, Pasangan Maros Unggul menawarkan solusi terkait masalah krisis air bersih di Kecamatan Bontoa, yang rencananya akan di realisasikan secara bertahap di 100 hari pertama saat menjabat.
Solusi tersebut di sampaikan oleh salah seorang akademisi yakni Dr. Andi Nur Imran, yang juga diketahui pernah menjabat sebagai Dewan Pengawas PDAM Maros.
Menurutnya, wilayah kecamatan Bontoa yang terletak di kawasan pesisir tidak memungkinkan untuk dilakukan pencarian sumber air tanah. Hal itu setelah melewati beberapa kajian dari peneliti. Disamping itu, sumber mata air tanah yang telah ditemukan, daya dan kemampuannya tidak mampu memenuhi kebutuhan warga di bontoa dan sekitarnya.
Sementara dengan mengadopsi teknologi penyulingan yang dikenal dengan nama Reverse Osmosis (RO) atau mengubah air asin dan payau menjadi air tawar bukan perkara mudah. Hal itu kata dia, di butuhkan biaya yang sangat tinggi untuk alat produksinya, dengan konsekwensi harga jual air akan mahal dan memberatkan masyarakat.
Solusi dalam jangka waktu singkat hanya bisa dilakukan dengan memaksimalka
n Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Majannang. Dimana saat ini IPA tersebut tidak berfungsi dengan baik di sebabkan adanya campuran air asin ketika musim kemarau tiba yang di khwatirkan akan merusak pipa PDAM.
“Jadi Bendung dulu sumber air di IPA Majannang itu, itu bisa sampai 100 liter perdetik sudah di kaji oleh engenering unhas. Kalau di tambah 30 liter lagi sudah bisa terpenuhi satu bontoa. Kalau kita estimasi anggaran, itu di butuhkan paling tidak 2 sampai 3 milliyar untuk pembangunan bendungan seperti batu bassi”. Jelasnya.
Selanjutnya kata Nur Imran, melakukan penambahan kapasitas IPA yang ada di PDAM dan ketersediaan booster sebagai pendorong aliran air ke pemukiman warga.
“Harus ada booster untuk mendorong, karena sumber air dari Bantimurung atau Majannang banyak rumah yang di lewati. Makanya harus ada booster yang mengisap air untuk mendorong ke dalam. Minimal ada dua yang tempatkan di Tambua atau Panjallingan. Kalau sudah terpenuhi di Bontoa tidak ada lagi masalah air bersih. Paparnya.
Warga Kecamatan Bontoa akan keluar dari persoalan air bersih kata Nur Imran, dengan adanya komitmen kepala daerah disertai aturan yang jelas dan ketersediaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah.
“Kalau Maros Unggul terpilih nanti, pada pelantikan bulan dua akan anggarkan di Apbd perubahan, minimal kita bendung dulu sumber air di tahun pertama dan persiapkan tambahan IPA. Tahun kedua kita siapkan booster dan jaringan”. Tutupnya.(*)