Online24, Maros – Wabah pandemi Virus Corona atau Covid-19 membuat sektor perekonomian lumpuh, banyak orang dibuat lebih berpikir kreatif oleh wabah ini, salah satunya seorang pemuda di Kabupaten Maros, Sulawesi selatan, yang kini telah berfokus untuk menjadi petani jamur tiram.
Dialah Achmad Fachmi (28), Warga Dusun Bugis, Desa Tenrigangkae, Kecamatan Mandai, Maros. kini mulai menggeluti bisnis budidaya jamur tiram yang ia kembangkan bersama kakenya sejak 3 bulan lalu.
Fachmi yang merupakan lulusan Sarjana Ekonomi di Sekolah tinggi ekonomi manajemen lasharan jaya makassar ini awalnya hanya mencoba membudidayakan sayuran hidroponik di sekitar halaman sempit rumahnya, namun seiring waktu berjalan iapun tertarik berbudidaya jamur tiram lantaran melihat peluang pasarnya yang dirasa begitu menjanjikan.
Kini pria berusia 28 tahun ini, sukses mendapatkan pundi – pundi rupiah dari bisnis jamur yang digelutinya..
Ia membudidayakan jamur berwarna putih dengan bentuk seperti payung di sebuah kumbung rumah jamur dihalaman rumahnya sendiri di Jalan poros Kariango, Dusun bugis, Kecamatan Mandai, Maros
Fachmi memanfaatkan ruang sempit di halaman rumahnya yang berfungsi sebagai garasi untuk membudidayakan jamur di rak setinggi hampir dua meter dengan panjang tiga meter.
” Semenjak wabah Covid-19 ini penghasilan tak seperti biasanya, maka dari itu saya berfikir untuk memulai usaha agar ada pemasukan tambahan, seperti berkebun selada hidroponik dari limbah bekas dan sekarang Alhamdulillah saya dan kakek saya juga membudidayakan jamur tiram karena peluang pasarnya cukup bagus di daerah kami”. Jelas Fachmi.
Sebelum terjun ke bisnis budidaya jamur tiram Achmad Fachmi terlebih dahulu mengunjungi beberapa lokasi budidaya jamur disekitaran tempat tinggalnya hingga terbesit dibenaknya untuk belajar berwira usaha melalui bisnis jamur tiram
” Awalnya memang belajar basic dulu sejak Juni kemarin, beberapa lokasi tempat budidaya jamur saya kunjungi, banyak ilmu yang berhasil saya dapat dari petani jamur ditempat saya belajar, terus baru benar-benar mulai jalan budidaya di bulan Juli. Nekat saja karena saya yakin bisnis ini bisa menghasilkan pundi – pundi rupiah bagi saya karena peluang pasarnya cukup baik dan panennya itu bisa tiap hari kita lakukan”. Terang Fachmi
Awal memulai bisnis tersebut Fachmi harus mengeluarkan modal hingga Rp 7 juta untuk berbagai peralatan budidaya jamur tiram seperti pembuatan kumbung, rak, baglog, media tanam, dan berbagai kebutuhan tanam lainnya.
“Sekali panen dari satu baglog itu rata-rata setengah sampai satu kilogram. Kalau dari awal budidaya, total yang sudah dipanen 70 sampai 75 kilogram. Masih terbilang sedikit sih,” ucapnya.
Ditambahkan Fachmi minat konsumen untuk memesan jamur tiram di maros cukup tinggi, dalam sehari biasanya hasil panen dari jamur tiramnya sendiri laris terjual hingga 6 kg, satu kilo jamur miliknya hanya dibanderol dengan harga 22 ribu rupiah.
Selama wabah Covid-19, Fachmi
memanfaatkan teknologi digital media sosial untuk memasarkan hasil panen jamur tiram miliknya, terkadang pula ada warga yang sengaja datang ke rumahnya untuk memesan secara langsung jamur tiram sembari melihat suasana rumah jamur miliknya.
“Kalau pemasarannya memanfaatkan media sosial dan laman jual beli, seperti Instagram, Facebook dan via Whatsap, Jadi nanti tinggal packing dan kirim. Marketnya masih di seputaran Maros makassar dan pangkep,” tuturnya.
Memulai usaha saat pandemi COVID-19 ini mungkin bukan pilihan terbaik. Namun saat Fachmi memiliki keyakinan budidaya jamur tiram memiliki prospek yang bagus dan menjanjikan. Alasan lainnya, bisnis jamur tiram juga memiliki arus perputaran uang cukup cepat dan bisa tumbuh setiap hari
” Jamur ini kan memang tumbuhnya setiap hari. Terus perputaran uangnya cepat dan sasarannya masuk ke kalangan menengah ke bawah jadi itu yang mau saya fokuskan, kedepannya bila bisnis ini semakin berkembang saya berencana mempekerjakan orang orang disekeliling saya yang tidak memiliki penghasilan tetap” bebernya.
Karena dirasa menjanjikan, rencananya ia akan mengembangkan budidaya jamur tiramnya. Fachmi yang dibantu kakek ini kembali berencana untuk membangun kumbung jamur tiram.
” Rencananya akan dikembangkan, kami sudah siapkan lahan didekat rumah dan ada. Tapi yang sekarang ini akan tetap ada karena kan ini ciri khasnya dan kami merintis karir awal disini” tandas Fachmi.