Online24, Maros – Perhelatan musda Partai Golkar Maros dipastikan bakal seru. Mantan Ketua Golkar Maros Andi Patarai Amir akan ditantang oleh calon bupati usungan Partai Golkar di Pilkada Maros, Andi Tajerimin.
Selain dua nama itu, tiga nama tenar lain yang mengincar kursi Ketua Golkar Maros di antaranya, mantan Kadis Pekerjaan Umum Maros yang juga calon wakil bupati di Pilkada lalu, Andi Ilham Najamuddin, anggota fraksi Partai Golkar Maros Taufiq Malik, dan Plt Sekretaris Golkar Maros Anwar Abdullah. Kelima nama itu disebut memiliki kans yang sama untuk memimpin Partai Golkar Maros lima tahun mendatang.
Plt Sekretaris Anwar Abdullah pun membenarkan nama- nama yang disebut bakal maju bertarung di ajang musda Partai Golkar Maros. Ia mengaku, kelima nama itu saat ini menjadi perbincangan serius di internal Partai Golkar.
“Kalau ditanya kandidat yang akan maju di musda Golkar Maros, saya kira tidak akan jauh dari nama- nama itu, harapannya kita siapa pun yang terpilih akan bisa membawa Golkar jauh lebih besar di Maros ini,” kata Anwar kepada wartawan, Rabu 23 Desember 2020.
Saat ini kata Anwar, Partai Golkar Maros di bawah komando Rahman Pina akan segera membentuk panitia penyelenggara musda. Selanjutnya, panitia musda yang akan menentukan agenda pelaksanaan musyawarah lima tahunan itu.
“Kita sudah mau membentuk SC (stering committe) dan OC (organizing comite) yang akan mengelola musda, dengan harapan musda akan segera terlaksana sesuai dengan arahan Pak Ketua Plt Golkar Maros, saya kira begitu dinda,” ungkap Anwar.
Pelaksanaan musda Partai Golkar saat ini menjadi perhatian publik di Maros. Pasalnya, Partai Golkar masih sangat seksi karena Ketua DPRD Maros adalah kader partai beringin. Meski kalah di pilkada 9 Desember 2020 lalu, secara politik Partai Golkar masih sangat kuat sebagai pemenang Pemilu 2019 dengan raihan 7 kursi di DPRD Maros.
Apalagi, sejak awal Plt Ketua Golkar Maros Rahman Pina telah menekankan agar siapapun ketua terpilih harus siap mengantarkan Ketua DPD I Partai Golkar Taufan Pawe sebagai Gubernur Sulsel dan Airlangga Hartarto sebagai presiden.
