Online24jam, Makassar, – Satu lagi karya sineas Makassar, Film Rantemario akan segera memasuki tahapan produksi. Hal ini terungkap saat sutradara sekaligus penulis naskah Film Rantemario, Indra J. Mae, bincang santai bersama aktor pemeran Haji Matto dalam film Molulo Jodoh tak Bisa dipaksa, Luthfi Sato di Warkop Silong Makassar, Selasa (16/5).
Dua sineas handal Makassar asal Massenrempulu ini berbincang seputar ide cerita hingga perencanaan produksi film Rantemario yang didahului dengan open casting di dua kota, Makassar dan Enrekang.
“Kita menjadwalkan Open Castingnya di Makassar pada minggu pertama dan Enrekang mingu kedua Juni, mulai produksi nanti diakhir Juni bulan depan ” Kata Indra.
Ide cerita Rantemario ini lahir dari maraknya pengrusakan lingkungan akibat limbah industri dan penebangan hutan yang terjadi. Naskahnya telah dirampungkan Indra dalam bentuk skenario sejak 2019 silam.
“Bahan materi cerita, awalnya dikemas dalam bentuk novel berjudul “Rantemario in Love” dan telah didistribusikan non komersial, saat dilaunching oleh Walhi Sulsel bekerja sama enreco, dengan membuka forum aktivis pencinta alam se-Sulsel, Ketika itu. Bahkan pernah mau digarap rumah produksi milik Eko Patrio tapi terkendala oleh Covid “, ungkap putra asli Baraka ini.
Kata Rantemario sebagai judul film diambil dari nama puncak Gunung Latimojong. Salah satu dari 7 puncak tertinggi di Indonesia. Puncak Rantemario merupakan destinasi wisata Kabupaten Enrekang yang memiliki daya tarik ragam jenis satwa, diantaranya hewan langka anoa, akan menjadi latar dan tersaji dalam film yang telah lama dinanti oleh pegiat pecinta alam dan aktivis lingkungan ini.
Alur cerita yang dibangun mengisahkan petualangan pergerakan seorang mahasiswa dalam menghadapi berbagai persoalan lingkungan. Film ini juga ingin mengingatkan kesadaran setiap orang akan pentingnya menjaga pelestarian alam dan lingkungan. Berangkat dari berbagai fenomena yang ditimbulkan akibat ekspansi lahan berbasis agrobisnis yang merembet ke berbagai masalah pelestarian alam dan lingkungan, pembabatan hutan dan praktek-praktek eksploitasi lahan komoditas unggulan. Salah satunya adalah komoditi kopi yang merupakan sumber daya unggulan Kabupaten Enrekang dan terkenal hingga ke manca negara.
“ Semoga pesan dalam film ini dapat memberi kontribusi bagi pelestarian alam dan lingkungan daerah, terkhusus Kabupaten Enrekang, sebagaimana pesan pada film-film saya sebelumnya serta mendapat dukungan dari berbagai pihak yang berkompoten “ harap Indra.
Dari hasil breakdown skenario, film layar lebar bergenre drama adventure ini diharapkan tuntas dalam 25 hari produksi, dengan lokasi shooting di Makassar, Rammang-Rammang, Lembanna dan Enrekang.
“ 45% konten film akan mengambil lokasi shooting di Kabupaten Enrekang, selebihnya di Makassar, Rammang-Rammang Maros dan Lembanna Malino ” tutur Indra.
Rencananya film yang akan dikemas dengan durasi 110 menit ini, sebelum penayangannya di bioskop nasional, akan di ikutkan ke berbagai forum festival film internasional. Diketahui, Indra sebelumnya telah mengharumkan nama sineas asal Makassar lewat karya film Selimut Kabut Ronkong yang meraih penghargaan skala internasional, salah satunya pada Festival Film Cannes. Karya lainnya Benang Merah dan Tanah Batu Pare, juga menembus berbagai festival film internasional seperti Festival Film di Busan, Tokyo dan Toronto.
Sementara, Luthfi Sato yang juga adalah Sekretaris Hikma Kota Makassar, menyambut baik dan penuh antusias akan penggarapan Film Rantemario ini, terlebih sudah mendapat dukungan dari Ketum DPP Hikma.
“ Ini adalah moment yang menggembirakan bagi sineas maspul, dimana dukungan Ketum DPP Hikma terhadap film ini merupakan lampu hijau, bukan hanya untuk para sineas, tapi secara tidak lansung juga untuk budayawan dan seniman putra daerah maspul lainnya agar terus berkreasi, berinovatif serta berkarya mengangkat kearifan lokal, budaya dan potensi sumber daya alam kampung kita, dimana hal ini, tentu akan mendapat perhatian dari seluruh jajaran pengurus Hikma utamanya dari pak Ketum Pusat, Andi Rukman Karumpa “ ujar Luthfi.
Pemeran utama film layar lebar Coto vs Konro yang akrab disapa Haji Matto sesuai nama perannya ini, kemudian didaulat oleh Indra, untuk bermain dan turut berpartisipasi dalam proses penggarapan filmnya.
“ Pemain filmnya selain menghadirkan aktor/artis nasional dan lokal Makassar, sudah selayaknya dihiasi oleh putra putri serta tokoh Massenrempulu, karena sarat muatan lokal termasuk dialeknya, apatah lagi dengan Haji Matto putra maspul yang sudah tidak diragukan lagi talentanya “ pungkas Indra.
“ Betul sekali, banyak seniman dan budayawan serta tokoh, putra-putri Massenrempulu bertalenta yang dapat dilibatkan dan semoga mereka mau dilibatkan, soal akting, mudahlah, coach Haji Matto bisa beri kursus kilat nantinya “ timpal Luthfi, sembari kedua sineas ini pun tertawa sambil menyeruput kopi masing-masing mengakhiri perbincangan yang penuh kehangatan.