Online24, Makassar – Pemerintah Kabupaten Luwu Utara melalui Bapelitbangda menginisiasi kegiatan Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas di Desa Maipi Kecamatan Masamba, dengan menggandeng Pusat Studi Kebencanaan Unhas selaku Tim Pelaksana. Dalam project ini ditargetkan Desa Maipi menjadi Pilot Desa Tangguh Bencana (Destana) dengan klasifikasi tingkat utama.
Debut pertama tim ahli, yaitu melaksanakan Sosialisasi Pengenalan Risiko Bencana kepada Masyarakat, Fasilitasi Pembentukan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) dan Pembentukan Tim Siaga/Relawan Bencana. Kegiatan ini dilaksanakan di Kantor Desa Maipi, Jumat (18/5/2023).
Secara keseluruhan kegiatan ini di bawah koordinasi Bappelitbangda yang melibatkan berbagai pihak, di antaranya BPBD, Dinsos, Dinkes, DPMD, Pemdes, Diskominfo, Pemerintah Kecamatan, PMI, Akademisi, Tenaga Ahli PMD, Dunia Usaha, Karang Taruna, Pendamping Desa, hingga seluruh lapisan masyarakat yang ada di Desa Maipi. Desa Maipi dipilih sebagai pilot project mengingat menjadi salah satu desa rawan bencana banjir bandang dan tanah longsor.
Kegiatan dimulai dengan pemaparan Tim Ahli dari Pusat Studi Kebencanaan Universitas Hasanuddin, yang diwakili oleh Dr. Eng. Ilham Alimuddin, S.T., M.Gis. dan Cahyadi Ramadhan, S.Si., M.Sc. Tim Ahli dalam paparannya banyak menjelaskan terkait bencana yang mengancam Desa Maipi, cara menanggulangi, dan mitigasi hingga menekankan pentingnya keberadaan lembaga seperti Tim Siaga/Relawan Bencana dan Forum PRB.
“Kedua lembaga ini, Tim Siaga Bencana dan Forum PRB, setelah terbentuk akan kita bekali dengan pengetahuan dan keterampilan saat terjadi bencana. Bahkan rencananya akan kita simulasikan, sehingga bisa langsung praktik yang juga melibatkan berbagai unsur pemerintah dan lembaga relawan lainnya,” ujar Ilham
Lebih lanjut, Ilham selaku Ketua Tim juga mengatakan dengan terbentuknya Tim Rewalan Bencana (DESTANA), diharapkan dapat menjadi pilar yang mampu mengorganisir sumber daya masyarakat untuk lebih mengenali ancaman bencana, mengurangi kerentanan, sekaligus meningkatkan kapasitas, demi mengurangi risiko bencana.
Pada pertemuan di Kantor Desa tersebut, selain memfasilitasi pembentukan kedua lembaga di atas, tim juga memfasilitasi pengkajian ancaman dan mitigasi bencana dengan pembuatan Peta Jalur Evakuasi dan Titik Kumpul secara partisipatif dengan menjadikan masyarakat Desa Maipi sebagai subjek dalam kajian tersebut. Di mana masyarakat sendiri yang mengidentifikasi dan menggambarkan potensi yang dapat dimaksimalkan.
Ke depannya, berbagai kegiatan pengurangan risiko bencana dapat kembali diinisiasi oleh Tim Destana Desa Maipi, hingga menjadi pionir lahirnya DESTANA berikutnya dari desa lain. Peran dan kehadiran komunitas seperti FPRB dan Tim Siaga Bencana sangat dibutuhkan untuk manajemen bencana di tingkat desa. Mengingat kesadaran akan peduli bencana harus melingkupi seluruh lapisan masyarakat, karena bencana adalah urusan bersama.