Bagaimana Penulisan HUT Luwu Utara yang Benar? Berikut Penjelasannya

Regional20 Views
banner 468x60

Online24, Makassar – Dalam hitungan beberapa hari ke depan, masyarakat Luwu Utara akan menggelar hajatan historis, peringatan Hari Jadi XXIV Kabupaten Luwu Utara, tepatnya 27 April 2023. Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Luwu Utara tentu sudah sangat siap menjadi penyelenggara.

Siap di sini, bukan hanya siap dalam hal anggaran, sumber daya manusia dan resources lainnya, tetapi juga siap memberikan contoh yang benar dalam penulisan Hari Ulang Tahun (HUT). Seperti kita ketahui, tulisan HUT acap kali menghiasi ruang-ruang publik, termasuk di kanal-kanal media sosial.

Ironisnya, penulisan HUT yang disebar ke ruang-ruang publik dan platform media sosial itu acap kali “menyimpang” dari kaidah penulisan bahasa Indonesia yang sebenarnya. Padahal sudah begitu banyak literasi yang bisa dijadikan pedoman bagaimana menulis HUT yang benar.

Namun kenyataannya, tak sedikit yang salah dan keliru dalam memahami ejaan penulisan HUT yang diikuti dengan penulisan angka. Bagi sebagian orang, mungkin ini hal sepele. Namun, bagi aparatur pemerintah, hal ini adalah hal krusial, karena menyangkut intelektualitas kita.

Ungkapan lawas mengatakan bahwa kesalahan kecil yang dianggap tak penting menunjukkan kepribadian seseorang. Untuk itu, penting bagi kita untuk tidak menyepelekan hal ini, karena gambaran intelektualitas tercermin dari cara kita menulis sesuai kaidah bahasa Indonesia.

Berbicara tentang penulisan HUT tentu kita berbicara tentang angka-angka. Di sini, saya ingin fokus pada penulisan HUT Kabupaten Luwu Utara. Tepat 27 April 2023 mendatang, Luwu Utara genap berusia 24 tahun. Sebuah usia yang sudah melewati fase remaja menuju dewasa.

Kini, Luwu Utara memasuki fase dewasa. Fase di mana sebuah daerah sudah dapat memikirkan masa depan yang gemilang yang jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Masa depan ini tentu sangat bergantung bagaimana pemerintah mengambil keputusan yang lebih bijak.

Tak lama lagi, Luwu Utara merayakan hari jadinya yang ke-24 tahun. Berbagai ucapan HUT akan bertebaran di ruang-ruang digital dan publik. Flyer dan twibbon akan menghiasi platform media sosial. Pun spanduk, poster dan baligho, akan menghiasi ruang-ruang publik nan strategis.

Pertanyaannya, sudah tepatkah penulisan HUT yang kita bagikan selama ini? Dari pengamatan saya, masih banyak yang keliru. Beberapa waktu lalu, saya mendapati sebuah spanduk yang bertuliskan, “Selamat Memperingati Hari Jadi Kabupaten Luwu Utara Ke-24 Tahun”.

Saya selalu mengacu pada kaidah bahasa Indonesia. Kalau kita terjemahkan tulisan di atas, maka maknanya adalah Luwu Utara itu ada 24: Luwu Utara kesatu, kedua, ketiga sampai ke-24. Padahal Luwu Utara cuma satu. Maka tulisan yang tepat, ketika kita mengacu pada pola tulisan tadi adalah “Selamat Memperingati Hari Jadi Ke-24 Kabupaten Luwu Utara”, atau “Selamat Memperingati HUT Ke-24 Kabupaten Luwu Utara”.

Contoh lain adalah penggunaan angka Romawi pada tulisan HUT. Pernah saya membaca sebuah flyer di media sosial dengan menggunakan angka Romawi yang diberi imbuhan “Ke-“. Padahal sejatinya angka Romawi itu sudah bermakna “ke-“.  Contoh yang benar: HUT XXIV. Jadi, tidak perlu lagi ditulis HUT Ke-XXIV, karena angka XXIV ini sudah dibaca Ke-24.

Contoh lain dari penulisan HUT yang benar sesuai kaidah bahasa Indonesia adalah: “Selamat HUT Ke-24 Kabupaten Luwu Utara”. Jika kita ingin menggunakan angka biasa, maka imbuhan “Ke-“ wajib disematkan pada kata dasarnya, seperti contoh di atas tadi, yakni HUT Ke-24.

Ada lagi yang menggunakan kata “Dirgahayu”, biar terlihat lebih keren. Namun, lucunya terkesan ambigu juga. Contoh: “Dirgahayu Kabupaten Luwu Utara yang Ke-24 Tahun”. Ini jelas keliru. Kata “Dirgahayu” berasal dari bahasa Sansekerta, yang berarti “panjang umur”.

Jika dipadupadankan kalimat tadi, maka artinya seperti ini: “Panjang Umur Kabupaten Luwu Utara yang Ke-24 Tahun”. Kalau seperti ini kalimatnya, maka hanya spesifik berdoa agar Luwu Utara panjang umur sampai usia 24 tahun. Seharusnya cukup ditulis: “Dirgahayu Kabupaten Luwu Utara”, yang berarti kita berharap Luwu Utara panjang umur selamanya.

Kenapa kita harus patuh dan taat pada kaidah dan tata bahasa Indonesia? Kenapa kita harus memedomani Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)? Seperti yang saya katakan di awal tulisan ini bahwa wajah intelektualitas seseorang tercermin dari tulisan yang baik dan benar.

Seorang Filsuf ber-mazhab Post-Structuralis, Michael Foucalt, mengatakan bahwa bahasa itu merangkum semua pengetahuan tentang dunia. Olehnya itu, tidak keliru juga kalau saya dengan spontan mengatakan bahwa dengan menulis, dunia dalam genggaman kita.

Ungkapan bahwa bahasa itu dinamis, serupa bayi yang terus bergiat untuk tumbuh dan berkembang, maka kita pun seperti bahasa yang selalu bergerak dinamis, adaptif dan terus tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan, dan tidak stagnan pada situasi tertentu.

Tulisan ini tidak bermaksud menggurui. Hanya ingin berbagi dan meluruskan apa yang saya pahami, dan tentunya apa yang saya dapatkan dari para ahli bahasa yang menginspirasi saya. Semoga makin banyak orang yang beriman pada bahasa Indonesia, bahasa kita sendiri. Begitu harapan pendiri Narabahasa, Ivan Lanin, yang juga menjadi harapan kita semua.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *