Online24, Makassar – Berbagai rentetan serangan dialami pasangan M Ramdhan Pomanto-Fatmawati Rusdi (Danny-Fatma) jelang pencoblosan Pilkada Makassar. Terbaru adalah pembakaran posko relawan ADAMA (akronim Danny-Fatma).
Menurut Ketua Jurusan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin (Unhas), Andi Ali Armunanto, teror yang terus menyasar tim dan relawan Danny-Fatma kian membuktikan bahwa duet nomor urut 1 itu berpeluang besar memenangi Pilkada Makassar. Soliditas seluruh elemen pendukung yang terus terjaga, dinilai akan menambah elektabilitas pasangan berakronim ADAMA’.
“Kalau dari partai pengusung (dan pendukung), pasangan Danny-Fatma ini memang sangat solid sejak awal. Kita juga melihat relawan-relawan yang militan. Ini saya rasa yang akan memberikan nilai lebih bagi kampanye politik Danny-Fatma,” kata Andi Ali Armunanto kepada awak media, Kamis (12/11/2020).
Anto, sapaan akrab Andi Ali Armunanto, telah mengikuti setiap tahapan Pilkada Makassar. Dia menilai, seluruh kandidat memang punya pendukung militan di belakangnya, tetapi ada “faktor x” yang menjadikan Danny-Fatma berada di atas lawan-lawannya.
“Contohnya, hampir tiap calon punya jadwal kampanye, tetapi memang kalau kita lihat tim Danny-Fatma lebih solid, terkoordinasi bukan hanya konteks nyata, tapi juga media sosial atau maya. Sama-sama punya tim solid, tapi besarannya mungkin yang berbeda. (Pendukung Danny-Fatma) tanpa dikomandoi elite tetap bisa bergerak militan, yang lain biasanya menunggu,” beber Anto.
Solidnya kubu Danny-Fatma pun telah dibuktikan saat mendapat “teror” bertubi-tubi dari pihak tertentu. Mulai dari ambulans partai pengusung yang dibakar, APK diturunkan paksa, hingga pembakaran salah satu posko.
Menurut Anto, hal itu memberikan pengaruh besar terhadap kubu Danny-Fatma, tetapi dalam artian positif.
“Itu pengaruhnya signifikan, tetapi berbeda dari yang dipikirkan orang bahwa ketika diserang terus elektabilitas Danny-Fatma akan turun. Ternyata yang terjadi kebalikan, pasangan Danny-Fatma ini mendapat publikasi gratis dari lawannya,” tutur Anto.
Malah, lanjut Anto, serangan dari pihak tertentu menimbulkan rasa simpati dari masyarakat. “Ada rasa simpati yang muncul dari masyarakat, ini kelanjutan dari kolom kosong bahwa ada pihak tertentu yang zalim terhadap Danny Pomanto. Sehingga mereka bukannya menjadi benci, tetapi justru makin simpati,” ucapnya.
Maka tidak mengherankan kalau pada akhirnya survei menunjukkan pasangan ADAMA’ makin jauh meninggalkan lawan-lawannya. Saiful Mujani Recearch & Consulting (SMRC) yang merilis surveinya akhir Oktober lalu, menempatkan Danny-Fatma di posisi pucuk.
Danny-Fatma memiliki tingkat elektabilitas 41,9%. Sedangkan Munafri Arifuddin-Rahman Bando (Appi-ARB) dan Syamsu Rizal-Fadli (Dilan) bersaing ketat di posisi runner up atau kedua. Selisihnya terpaut tipis. Appi-Rahman 17,8%, dan Dilan 16,6%. Di posisi ke empat atau terakhir ditempati Irman Yasin Limpo-Andi Zunnun NH (None), 6,8%. Tidak menjawab atau tidak tahu, tercatat ada 16,9%.
Anto tidak menampik anggapan bahwa Danny-Fatma saat ini tinggal menjaga kemenangan hingga saat pencoblosan 9 Desember nanti.
“Kalau kita merujuk hasil survei kemarin, itu bisa saja terjadi. Namun, juga harus ingat bahwa lawan-lawan Danny-Fatma pasti juga tetap menerapkan strategi dan melakukan pergerakan politik,” katanya. (*)