Online24jam, Makassar, – Dalam pertemuan tahunan Bank Indonesia 2019, yang digelar di Hotel Claro Makassar, Kamis (5/12). Kepala Perwakilan BI Provinsi Sulsel, Bambang Kusmiarso, mengatakan bahwa tahun 2019 hingga 2020 digitalisasi terus meningkat dan globalisasi menurun. sehingga diperlukan adanya sinergi antara pemerintah dan bank sentral untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tersebut.
“Diperlukan sinergi bauran kebijakan nasional antara pemerintah dan bank sentral untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Untuk teknologi digital mempengaruhi perilaku manusia, dimana 50% lebih usia produksi”. Ucapnya dalam sambutan yang dibawakan dalam acara tahunan Bank Indonesia.
dijelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi nasional akan meningkat pada 5,1 hingga 5,5% hingga tahun 2020. Pada 2019 capaian inflasi tercatat 3,0% dan inflasi nasional tetap terkendali pada level yang rendah dan stabil. bahkan inflasi untuk tahun 2019 hingga 2020 masih dalam tahap stabil.
“Inflasi 2020 juga akan tetap terjaga dengan 3,1% dan stabilitas sistem keuangan nasional tetap akan terjaga meskipun ekonomi global melemah namun ekonomi indonesia jangka menengah akan terus membaik hingga 2024 dengan pertumbuhan ekonomi 5,5 sampe 6,1 persen”. Tambahnya.
Selain, wakil gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman juga mengatakan perekonoamian Sulsel capaiannya melebihi target nasional, terutama sektor pertanian memiliki kontribusi terbesar di Sulsel.
“Pertanian dan perikanan memiliki kontribusi besar dalam mempertahankan dan memajukan perekonomian kita di sulawesi selatan karena kita kaya akan pertanian, perikanan di sulawesi selatan” tuturnya.
Harapannya kedepan agar lebih banyak berdiskusi dalam menyelesaikan setiap masalah yang ada. terutama persoalan riba.
“Khususnya bagi pihak perbankan, saya liat, ini kita banyak sedikit belajar agama ya, kekita ada coustumer menggunakan kredit tiba tiba berhenti alasannya karena riba. Yah ini kembali lagi harus kita kaji sama – sama maka sebaiknya kita dudukkan para pakar syariah yang berkompeten dibidangnya dalam hal ini, jadi yang kita pikirkan agama tetap jalan, begitupun dengan bisnis. Tapi sebenarnya secara garis besar pinjaman dan investasi itu beda dimana pinjaman tidak ada tambahan di atasnya, kalau investasi ada tambahan di atasnya dan ada resiko dibawahnya. Solusinya bisa mendudukkan pakar pakar syariah agar ada solusi dari ini”. Tegasnya.
Acara ini juga di rangkaikan dengan leader’s talk dengan moderator Ira Koesno dengan pemateri diantaranya Susi Pudjiastuti, Dr. Suryani Motik, Dr. Tanri Abeng dan Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu.