Online24jam, Makassar, — Gubernur Sulawesi Selatan, Prof HM Nurdin Abdullah mendukung penuh kegiatan Festival Aksara Lontaraq 2020. Dimana puncak perayaannya bakal di gelar pada 27- 29 Agustus 2020 mendatang.
Hal itu disampaikan Nurdin Abdullah saat menerima audiensi panitia Festival Aksara Lontaraq 2020 yang dipimpin Kadis Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulsel Moh Hasan Sijaya, bersama stakeholder di ruang kerja Gubernur, saat memberikan laporan kegiatan dinas Provinsi Sulawesi Selatan, Selasa (28/7).
Turut hadir dalam pertemuan itu, Direktur Politeknik LAN, Prof. Dr. Amir Imbaruddin, Dr. Alam Tauhid Syukur, & Dr. Najmah Politeknik LAN RI Makassar.
Prof. Heri Tahir, SH, MH, Ketua Tim TGUPP bidang Pendidikan. Dr. Syahrial, p.hd, Direktur PP-IPTEK Kemenristek/BRAN, PLT Kabid Perpustakaan Nilma, S.Sos, MM, Kabid Arsip, Drs. Patarai GS,
“Sangat setuju jika kita kembalikan kejayaan Sulawesi Selatan yang memiliki nilai sipakalebbi, sipakainge, sipakatau, kita support jika kita gotong royong soal budaya kita,” ujar Nurdin Abdullah.
Dalam pertemuan dengan panitia Festival Lontaraq, Nurdin juga berpesan jika nantinya ada kewajiban Lontaraq menjadi mata pelajaran para siswa sekolah.
“Kita harus bangga gunakan bahasa kita, malahan banyak yang bangga dengan budaya orang luar, intinya kita siap support dan Lontaraq ini bisa jadi mata pelajaran wajib nantinya,” ujarnya.
Sementara itu Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan, Mohammad Hasan Sijaya, mengatakan jika selebrasi Festival Aksara Lontaraq 2020 ini akan dikemas dengan berbagai pertunjukan budaya, dan juga seni. Tak hanya itu seminar Internasional terkait Lontaraq juga akan masuk dalam agenda.
Bahkan para pembicara internasional juga terlibat didalamnya, dimana ada lima benua yang turut andil dalam kegiatan ini.
Saat ini sejumlah peserta dari mancanegara menyatakan ikut antara lain, Malasyia, Singapura, Brunei, Australia, Selandia Baru, Amerika, Iran, Afrika Selatan, Rusia, Belanda, Inggris dan tentu saja Indonesia.
Dari tanah air, sejumlah peneliti juga sudah mendaftar dari Jakarta, Bali, NTB, Sultra, Sulsel dan Sulbar.
“Keikutsertaan para pembicara internasional ini membuktikan Aksara Lontaraq bukan hanya menjadi milik Sulsel, tapi juga dunia. Dan kehadiran para peneliti internasional ini mengindikasikan bahwa lontaraq adalah warisan dunia. Ini tugas kita menjaga aksara dan budaya lontara melalui Festival Tahunan Aksara Lontaraq yang dimulai tahun ini. Doakan semoga dilancarkan,” ujarnya.
Ia juga berterima kasih kepada Gubernur yang bersedia menghadiri puncak Festival Aksara Lontaraq 2020 dan sekaligus akan membuka seminar internasional tersebut.
Ketua Panitia Aksara Lontaraq yang juga Founder dan CEO PT Kabar Grup Indonesia, Upi Asmaradhana kepada Gubernur menyampaikan jika kegiatan ini, adalah kegiatan kebudayaan yang akan menjadi warisan buat generasi kita yang akan datang. ” Festival tahunan ini hasilnya bukan satu, dua, tiga tahun tapi untuk 100 tahun yang akan datang. Dukungan Pak Gub dan pemerintah daerah akan menjadi momentum gerakan kebudayaan bersama, yang kami sebut Gotong royong kebudayaan anak negeri, “Kata Upi Asmaradhana.
Saat ini kegiatan festival sedang memasuki tahapan lomba, yang dimulai 25 Juli- 15 Agustus 2020. Festival ini sendiri dilanuching secara virtual 25 Juni 2020 dihadiri tujuh negara dan 765 peserta.
“Puncaknya 27-29 agustus mendatang insya Allah, selama tiga hari berturut-turut bakal digelar secara bersama. Dihari itu juga kita akan menggelar pameran naskah kuno, atraksi budaya dan seni: fashion show, musik dan musisi milenial yang membawakan lagu-lagu Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja, Tunrung pakanjara dari maestro gendang Sulsel, Pameran lukisan Tanah Liat, Pembacaan Puisi dan Pappasang serta seminar penetapan hari Aksara Lontaraq, dan malam Anugerah Kebudayaan,” katanya.
Dalam malam kebudayaan itu, pantia pelaksana juga akan memberikan apresiasi kepada tokoh, lembaga yang berdedikasi tinggi untuk kebudayaan dan seni di Sulawesi Selatan, dalam bentuk award.
Festival Aksara Lontaraq 2020 ini, dinilai banyak kalangan sebagai gerakan kebudayaan yang diharapkan bisa melestarikan aksara dan budaya Lontaraq, yang oleh para peneliti akan punah jika tidak dilestarikan. Acara ini adalah inisiasi dari para pemerhati lontaraq, budayawan, akademisi, yang diinisasi dan difasilitasi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Selatan.