Anak dan Implementasi Sosial Konten Siaran

Hari Anak Nasional

Opini454 Views
banner 468x60

Anak dan implementasi sosial konten siaran
Siti Hamidah (Komisioner KPID Sulawesi Selatan)

 

Salah satu aktivitas bersantai bagi anak yaitu menonton tayangan televisi untuk mengisi waktu luangnya. Beragam tontonan menjadi salah satu alasan mengapa anak-anak menyaksikan tayangan televisi. Membiarkan anak menyaksikan tayangan televisi juga dapat menjadi momen yang digunakan orangtua untuk beristirahat sejenak dari rutinitas yang tengah dijalankan.

Dari data yang dilansir oleh Nielsen Bulan Juni 2024 juga menandai akhir tahun ajaran dan awal liburan bagi sebagian besar anak-anak dan remaja, dan waktu luang tambahan membuat pemirsa berusia 17 tahun ke bawah menunjukkan peningkatan terbesar dalam penggunaan TV di seluruh demografi usia. Pemirsa yang lebih muda juga membantu mendorong sedikit peningkatan bulanan dalam penggunaan TV secara keseluruhan di bulan Juni (+2,1%), yang juga cukup datar dibandingkan dengan Juni 2023 (+1,3%).Artinya meningkatan kepemirsaan dimasa libur sekolah khususnya anak tentu belum tentu dibarengi dengan kualitas serapan siaran yang ditonton.

Maka dari itu, membiarkan anak menyaksikan tayangan televisi perlu dilakukan dalam pengawasan orangtua, mengingat tidak semua tayangan televisi disuguhkan sebagai tayangan atau tontonan anak. Meskipun terdapat beberapa manfaat yang dapat dirasakan ketika menyaksikan tontonan anak, tontonan anak bisa memengaruhi psikologi dan implementasi sosialnya.

Memberikan anak tontonan yang sesuai dengan usianya dan melakukan pendampingan terhadap anak saat menonton juga dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak dan menstimulasi imajinasi anak. Namun, sebaiknya orangtua tetap memperhatikan dan mendampingi ketika anak sedang menyaksikan tontonan anak di rumah.

Melansir dari Association for Natural Psychology, anak yang terlalu banyak menyaksikan tontonan anak memiliki gaya hidup yang lebih pasif. Tentunya, hal ini dapat memengaruhi pikiran dan perilaku anak. Beberapa tontonan anak mengandung adegan kekerasan atau hal-hal yang tidak realistis sehingga menyebabkan ia mengembangkan imajinasinya dan berpikir bahwa mereka dapat melakukan hal yang serupa. Bahkan, membiarkan anak terus-menerus menyaksikan tontonan anak dapat meningkatkan risiko depresi pada anak, anti sosial, dan gangguan kesehatan mental.

Dikutip dari merdeka.com AN(8), siswa kelas II SD Negeri 07 Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan tewas usai dianiaya rekan sekelasnya R (8). Korban tewas setelah terlibat perkelahian dengan R dan luka di bagian kepalanya. Perwakilan Asosiasi Psikologis Forensik, Kasandra Putranto mengatakan, peristiwa tewasnya bocah tersebut karena dunia yang semakin maju, Salah satu pemicu anak melakukan kekerasan saat ini banyaknya sinetron, film isinya selalu menayangkan kekerasan, mengejek, memaki maki, bully terus marah, nah itu yang menjadi bagian perilaku dari anak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *